Serang – Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M. Tauchid, bersama Kepala Bank Indonesia Wilayah Banten, Pemerintah Kota Serang, dan para penyuluh pertanian melakukan kunjungan ke lokasi Sekolah Lapang Hortikultura Bawang Merah di Kelurahan Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Senin (15/11/2025). Kunjungan ini bertujuan untuk memonitor dan meninjau langsung hasil program yang telah berjalan sejak Oktober 2024.

Dalam kunjungannya, Agus M. Tauchid menegaskan bahwa program ini merupakan langkah penting dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kapasitas petani bawang merah di Banten. Menurutnya, tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan petani, sekaligus mendorong peningkatan produksi bawang merah sebagai upaya pengendalian inflasi bahan pangan di Provinsi Banten.

Bank Indonesia Wilayah Banten turut berperan dalam keberhasilan program ini dengan memberikan dukungan berupa fasilitasi kegiatan sekolah lapang dan bantuan benih bawang merah. Langkah ini dilakukan untuk memastikan stabilitas harga pangan melalui peningkatan hasil produksi.

Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kota Serang juga memberikan kontribusi besar dengan menyediakan lahan, kelompok tani, penyuluh, serta berbagai sarana produksi seperti benih, pupuk, obat-obatan, dan alat mesin pertanian. Upaya bersama ini menjadi wujud nyata komitmen pemerintah dalam mendukung sektor pertanian sebagai bagian dari ketahanan pangan.

Program ini melibatkan Kelompok Tani Sumber Jaya yang telah berdiri sejak 1996 di Kampung Cangkring, Kelurahan Sawah Luhur. Kelompok ini terdiri dari 53 petani yang mengelola lahan seluas 70 hektar. Dengan fokus pada padi dan hortikultura, kelompok ini menjadi salah satu contoh keberhasilan praktik pertanian yang berkelanjutan di Banten.

Di lokasi sekolah lapang, para petani telah berhasil menanam bawang merah di demplot seluas 10 hektar (tahap I seluas 3 ha, dan tahap II seluas 7 ha). Saat ini, pertanaman telah memasuki usia 2 hingga 55 hari setelah tanam (HST), dengan rencana panen perdana seluas 1 hektar pada Desember 2024.

Program ini memberikan banyak dampak positif, termasuk peningkatan pengetahuan petani dalam teknik pemupukan berimbang, penggunaan pupuk hayati, dan pengendalian hama terpadu. Kelompok tani juga telah membentuk Unit Pengelola Keuangan Kelompok (UPKK) dengan modal awal sebesar Rp18.665.000 dan menyediakan unit penyewaan alat dan mesin pertanian untuk mendukung efisiensi kegiatan tani.

Agus M. Tauchid berharap program ini mampu mengurangi ketergantungan petani pada tengkulak, sehingga mereka dapat memiliki posisi tawar yang lebih baik dalam perencanaan tanam dan pemasaran. Selain itu, ia menegaskan bahwa pengelolaan keuangan yang baik adalah kunci untuk meningkatkan kemandirian petani dan kesejahteraan mereka.

Keberhasilan program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi kelompok tani lain di Banten untuk terus berinovasi dan meningkatkan produktivitas mereka. Dengan sinergi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan petani, sektor pertanian di Banten diharapkan semakin kuat, berkelanjutan, dan mendukung perekonomian daerah. (her/red)

Share.