Serang – Kenaikan harga bahan pokok, seperti beras dan minyak goreng, semakin membebani keluarga berpenghasilan rendah di Serang, Banten. Meskipun pada Agustus 2024 Nilai Tukar Petani (NTP) mencatatkan sedikit kenaikan sebesar 0,20%, harga gabah kering panen dan beras premium justru mengalami penurunan yang berpengaruh negatif terhadap daya beli masyarakat.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), NTP Indonesia pada Agustus 2024 tercatat mencapai 119,85, menunjukkan adanya sedikit peningkatan daya tukar antara harga yang diterima petani dan harga barang serta jasa yang dibeli. Namun, meskipun NTP meningkat, harga gabah kering panen tercatat turun 1,15%, sedangkan harga beras premium di penggilingan mengalami penurunan 1,19%.
Penurunan harga gabah dan beras premium ini langsung memengaruhi pendapatan petani dan daya beli masyarakat, terutama mereka yang bergantung pada sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Baca Juga:
Salah satu warga Serang, Ibu Romlah, seorang ibu rumah tangga sekaligus penjual sayuran, mengungkapkan bahwa meski harga bahan pokok terus naik, pendapatannya tetap stagnan. “Harga beras dan minyak goreng terus naik, tapi pendapatan saya tidak berubah. Saya terpaksa mengurangi pembelian bahan pokok, terutama beras dan minyak goreng, karena harganya semakin mahal,” ujar Romlah.
Meskipun ada sedikit kenaikan harga pada beberapa komoditas hortikultura, kenaikan tersebut tidak cukup signifikan untuk menanggulangi lonjakan harga bahan pokok yang semakin memberatkan keluarga berpenghasilan rendah. BPS juga mencatatkan bahwa inflasi yang terjadi turut memengaruhi daya beli masyarakat, yang semakin terasa di sektor kebutuhan pokok.
Pemerintah melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopukmperindag) Kota Serang mengungkapkan langkah-langkah yang sedang dipersiapkan untuk mengatasi masalah ini. Wahyu, salah satu pejabat Dinas tersebut, menjelaskan bahwa harga bahan pokok di Serang cenderung fluktuatif, berbeda dengan daerah lain yang harga pokoknya lebih stabil saat momen-momen besar seperti Natal dan Tahun Baru. “Kami masih mencari formula yang tepat untuk menstabilkan harga di sini,” katanya pada 19 Maret 2024 lalu dilansir dari radarbanten.co.id.
Sebagai salah satu solusi, Wahyu menambahkan, pihaknya berencana mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bertujuan untuk mengatur dan menstabilkan pasokan barang-barang komoditas yang dibutuhkan masyarakat. “Kami berharap dengan pembentukan BUMD ini, kebutuhan pokok masyarakat dapat lebih terkontrol dan harga dapat lebih stabil,” tambahnya. (her)