
SERANG // Seorang balita berusia dua tahun, Umar Ayyasy, meninggal dunia setelah diduga tidak mendapat penanganan medis memadai di Rumah Sakit Hermina Ciruas, Kabupaten Serang, Banten. Umar yang menderita gizi buruk dan gangguan paru-paru sempat dibiarkan menunggu di Instalasi Gawat Darurat (IGD) selama 15 menit dalam kondisi kritis.
Peristiwa memilukan itu terjadi pada Selasa (2/9/2025). Sang ibu, Tiara, tak kuasa menahan tangis ketika anaknya yang semula telah menjalani perawatan selama lima hari justru dipulangkan. Selang beberapa jam setelah kembali ke rumah, kondisi Umar memburuk.
“Mata anak saya mendelik, tangan menggenggam erat, bahkan kejang. Saya panik dan langsung bawa ke rumah sakit lagi,” tutur Tiara, saat ditemui pada Jumat (5/9/2025).
Namun, saat tiba kembali di RS Hermina Ciruas, harapan akan penanganan segera sirna. Umar yang datang dalam kondisi gawat justru diminta menunggu. Tiara mengaku bahkan sempat dibentak perawat ketika menangis meminta pertolongan.
“Anak saya sedang sekarat, tapi saya malah dibentak. Rasanya hancur hati saya,” ucapnya.
Penanganan Minim, Umar Pulang Tanpa Kesadaran
Setelah menunggu, Umar hanya mendapat penggantian selang nutrisi. Dokter dan perawat kemudian menyarankan agar balita tersebut dipulangkan, meski kondisinya belum sadar sepenuhnya.
“Saya bingung, anak saya masih lemas, tapi disuruh bawa pulang. Katanya kondisinya cukup baik untuk rawat jalan,” kata Tiara.
Dalam kondisi pasrah, seorang perawat yang mengenal keluarga tersebut menyarankan agar Umar segera dibawa ke RSUD Provinsi Banten. Namun, waktu sudah terlalu larut. Dua hari setelah dirujuk, Umar meninggal dunia pada Jumat (5/9/2025) pukul 04.00 WIB.
“Anak saya meninggal… saya kecewa, sakit hati dengan pelayanan RS Hermina Ciruas,” ungkap Tiara, terbata.
Potret Buram Layanan Kesehatan
Kisah Umar mencerminkan buramnya akses layanan kesehatan, khususnya bagi keluarga kurang mampu yang membutuhkan penanganan cepat. Di tengah kondisi gizi buruk yang masih menghantui anak-anak Indonesia, birokrasi dan keterlambatan penanganan medis berpotensi merenggut nyawa yang seharusnya bisa diselamatkan.
Hingga berita ini ditayangkan, pihak RS Hermina Ciruas belum memberikan tanggapan resmi terkait dugaan penelantaran pasien tersebut, meski telah dihubungi melalui WhatsApp.